Saya Meninggalkan Algoritma

Saya membangun sistem yang menjanjikan hasil ilahi—algoritma yang meniru petir Zeus, menjanjikan tingkat kemenangan 90% dan hadiah neon-ungu yang berkilau seperti kuil bintang. Tapi setelah berbulan memantau setiap putaran, taruhan, dan gulungan kemenangan palsu, saya melihat kebenaran: ini bukan permainan. Ini adalah ritual yang disamarkan sebagai hiburan. Arena ayam tidak menghargai keterampilan—ia menghargai kesabaran yang dibeli dengan utang. ‘RNG’ sempurna—tapi demikian pula komplicitas saya. Setiap babak terasa seperti persembahan kepada Olympus: taruhan kecil untuk pemula, bayaran besar bagi yang putus. Saya memainkannya semua—sampai suatu malam, menatap kanvas gelap layar saya, saya bertanya: Siapa yang saya pertaruhkan? Saya berhenti ketika saya mengingat apa itu otonomi sejati. Bukan di leaderboard. Bukan di jenjang VIP atau acara musiman bernama ‘Zeus Challenge’. Dalam intensitas sunyi—bukan hingar—Ia menemukan diri saya di tepi komunitas, tempat para pemain menukar tangkapan bukan sebagai bukti keberuntungan, tapi sebagai artefak dari kemauan manusia.