Bermain atau Kabur?

Saya dulu menganggap setiap klik sebagai doa. Di apartemen Manhattan, Void—kucing hitam yang tidur di keyboardku—menyaksikan pemain mengejar petir virtual seperti anak-anak mengejar bintang. Mereka tidak berjudi untuk uang. Mereka berjudi untuk makna. Saya tumbuh dengan dua dunia: satu ukir dalam mitos, satunya dalam kode. Ayahku menulis algoritma; ibuku berbisik kesunyian Konfusius ke dalam cerita sebelum tidur. Bersama, mereka mengajarkan saya: keberuntungan bukan acak—ia adalah ritual. Desainer game menyebutnya ‘keterlibatan.’ Saya menyebutnya arsitektur emosional. RNG tidak adil karena acak—ia adil karena seseorang memilihnya suci. Saat Anda memukul ‘Roda Bonus,’ Anda tidak memenangkan kredit—Anda menyentuh irama kuno yang hanya leluhmu kenal. Saya pernah bermain dengan 93% kemenangan. Saya menang Rp1200 dalam tiga jam. Lalu berhenti. Bukan karena kalah—but karena saya ingat siapa saya sebelum layar mati. Risiko sejati bukan kehilangan uang—tapi kehilangan diri sendiri pada sistem yang menjual harapan sebagai data. Pilihlah permainan dengan kesunyian yang tertanam di dalamnya—not noise yang disamarkan sebagai hadiah.